GrowUrl.com - growing your website

Selasa, 23 Desember 2008

Memilih Liburan Untuk Anak

Setiap musim liburan tiba, kita sering melihat respon yang berbeda antara anak dengan orang tua. Anak-anak dengan gembira dan semangatnya menyambut liburan mereka, sedangkan orang tua malah pusing dan bingung karena mereka harus memikirkan aktivitas apa saja yang dapat mengisi liburan, sehingga kegiatan anak tetap terarah dan berkualitas. Kepusingan orang tua sering dialami oleh para orang tua yang bekerja, karena mereka tidak bisa sewaktu-waktu mengambil cuti dari kantor. Tuntutan pekerjaan membuat mereka tidak mudah meninggalkan tanggung jawab setengah jalan untuk urusan “liburan”. Idealnya, antara orang tua dan anak, ada perencanaan yang baik dalam menentukan waktu “liburan bersama keluarga” sehingga tidak perlu ada yang mengorbankan kepentingan atau tanggung jawab. Namun, sudah tentu waktu libur anak yang relatif panjang sekali jika dibandingkan dengan libur orang kerja, tidak akan pernah “match” dengan orang tuanya. Bagaimana mengelola kegiatan terutama pada waktu orang tua tidak bisa extending waktu libur mereka bersama anak?

Liburan Murah Meriah
Bisa dimengerti, bahwa dalam kesibukan para orang tua, dari pagi hingga malam, bekerja penuh waktu, segenap energi, pikiran dan ide-ide kita sering buntu – tidak lagi bisa memikirkan hal-hal lain selain dari pekerjaan hari ini dan pekerjaan esok hari yang sudah in-advance dipikirkan malam sebelumnya. Dalam keadaan seperti itu, kita para orang tua sering lupa, bahwa kita pun dulu pernah kecil, pernah melewati masa kanak-kanak yang amat sangat jauh berbeda dengan masa kanak-kanak anak-anak kita sekarang ini. Dulu, kita tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang amat sangat jauh lebih sederhana, tanpa kekurangan “media” bermain dan fasilitas permainan. Ada saja ruang dan bahan-bahan yang bisa kita jadikan permainan tanpa harus membayar mahal-mahal dan tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi yang mahal. Halaman belakang rumah, halaman tetangga, kebun nenek kakek atau pun, parit kecil di depan rumah – sering dipakai bermain, terutama di kala hujan.
Tidak bisa dipungkiri, jaman sudah berubah, tuntutan kian mengejar dan usia semakin menua, membuat kita para orang tua lupa bagaimana kita dulu mengelola liburan kita, tanpa harus selalu mengikutsertakan orang tua. Artikel kali ini, bertujuan untuk sekedar mengingatkan dan memberi alternatif – bagaimana cara mengisi liburan anak, tanpa harus bepergian jauh, apalagi dengan mengeluarkan biaya yang besar. Sebab, tidak semua keluarga mampu memiliki biaya atau budget yang memungkinkan untuk “liburan”...Kita bisa membuat liburan tetap menjadi moment istimewa, meskipun dengan biaya ringan atau pun bahkan tanpa biaya. Bagaimana menyiasatinya?

1. Liburan ilmiah
Liburan ilmiah yang dimaksud di sini, adalah liburan sambil menimba ilmu. Bagaimana caranya supaya tidak bosan dan “menyebalkan”? Kita bisa membawa anak-anak berjalan-jalan ke musium yang ada di dekat tempat tinggal kita, entah musium zoologi yang ada di kota Bogor, Kebun Raya Bogor, musium geologi di Bandung, BOSCHA (tempat teropong bintang) di Lembang atau pun yang ada di seputar Taman Ismail Marzuki. Di Jakarta ada musium ABRI (Satria Mandala), di Yogyakarta ada musium sekaligus monumen perjuangan Yogya Kembali. Dan, masih banyak musium yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan membawa mereka ke musium, mereka belajar banyak tentang sejarah masa lalu, entah sejarah kehidupan manusia, kehidupan tumbuhan dan hewan, serta alam semesta. Biaya masuk ke musium relatif sangat murah ketimbang “shopping” di Mall.
Mengisi liburan ilmiah, tidak hanya dengan pergi ke musium; pergi ke pasar pun bisa menjadi ajang liburan ilmiah. Kalau kita tidak di”ganggu” oleh kekhawatiran kita yang sering kelewat batas kalau membawa anak ke pasar (takut becek, takut kotor, takut lelah, takut sakit, dsb) yang sesungguhnya sering ditunggangi oleh ke-egoisan kita (tidak mau repot bawa anak ke pasar). Di pasar, banyak sekali komoditas yang dijual dan ditampilkan dalam “etalase” terbuka. Ada bawang merah, cabe, sayur mayur, bumbu dapur, alat memasak, dsb. Pasar adalah pusat informasi yang menyimpan “data base” amat besar. Ribuan variable yang dapat kita temukan di pasar dan masing-masing “variabel” dapat kita jelaskan pada anak. Misalnya, kita tunjukkan pada anak, yang manakah bawang merah dan manakah bawang putih, bagaimana mereka tumbuh, mengapa kita perlu bawang merah, mengapa kita perlu bawang putih, apa kegunaan dan manfaatnya, dsb. Atau, mana kah yang namanya ikan mujair dengan ikan tongkol, cumi-cumi dan kepiting (dalam wujud yang utuh, bukan lagi dalam bentuk transformasi yang sudah tersaji di meja makan). Kalau informasi itu dikumpulkan, maka tidak cukup 12 ensiklopedi untuk menjelaskan semuanya. Kita bisa menjelaskan segala sesuatu secara panjang lebar di rumah, setelah kita menunjukkan pada anak benda-bendanya. Dan, pasti lebih menyenangkan jika anak melihat secara langsung “tumpukan” komiditas di pasar. Bagi anak-anak yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan benda-benda kongkrit untuk menunjang pengertian mereka, “study tour” adalah moment yang penting.

2. Liburan kreatif & innovatif
Kita bisa mengarahkan dan membangkitkan kreativitas anak dengan menstimulasi imajinasi mereka. Pada dasarnya, anak-anak itu sangat kreatif dan heavy-loaded by energy. Kita (atau pengasuh, atau siapapun yang bisa kita percaya) bisa bawa mereka ke tempat art & craft center atau pun science club untuk anak-anak, dengan biaya relatif murah. Di sana, mereka akan disajikan banyak sekali hal-hal yang belum mereka ketahui, percobaan-percobaan ilmiah atau pun teknik-teknik seni yang akan menghasilkan karya yang membuat mereka bangga akan diri sendiri. Memang, ktia tidak selamanya bisa membawa mereka ke tempat-tempat tersebut. Kita pun bisa menciptakan liburan kreatif dan innovatif di rumah. Kalau kita tidak punya ide sama sekali tentang apa dan bagaiamana, kita bisa membeli buku yang menjabarkan tentang berbagai percobaan menarik yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Mulai dari percobaan unsur (yang sederhana saja, misalnya minyak dengan air), percobaan warna (memadukan warna) sampai dengan mencoba membuat sesuatu / constructing things – dari benda-benda yang ada di rumah, misalnya: kardus, karton tebal, tripleks bekas, koran bekas, akuarium bekas, stoples beling kosong, dsb yang bisa digunakan menjadi media atau pun alat eksperimentasi atau konstruksi. Nah, di sinilah peran ayah sangat penting untuk menemani dan men-supervisi anak laki-laki. Dan, peran ibu untuk mau “menyulap” benda-benda yang ada di rumah, menjadi bahan baku yang potensial untuk menciptakan sesuatu.
Di masa liburan ini pula, anak-anak bisa kita perkenalkan dengan kegiatan “baru”, misalnya : belajar memasak (membuat kue, dsb), belajar menjahit, menyulam, menari (kalau yang ini, mungkin harus kursus / jadi anggota sanggar), menukang, atau bertanam (tidak mesti harus punya halaman luas, karena bisa dengan menggunakan polybag (kantong khusus untuk menanam bibit) atau pot kecil. Jangan cemaskan hal-hal yang insignifikan, misalnya “bagaimana kalau anakku capek, bagaimana kalau rumah kotor, bagaimana kalau kaki kena tanah, bagaimana kalau bajunya basah, bagaimana kalau halaman jadi becek” dsb... Kalau kita mau jujur, bukankah semua kekhawatiran itu disebabkan karena kita tidak mau repot-repot atau capek-capek membereskan “perabotan” atau pun membersihkan kotoran?
Nah, sebenarnya kita bisa sekalian mengajarkan pada anak kita, bagaimana mengerjakan segala sesuatu dengan rapi. Kita pun bisa sekalian mengajarkan pada anak kita “tanggung jawab”, artinya, kalau sudah selesai mengerjakan, kita pun harus membereskannya kembali. Hati-hati, kekuatiran kita para orang tua, bisa menghalangi anak “mengenyam, mempelajari dan menginternalisasi” nilai-nilai luhur budi pekerti, seperti : tanggung jawab, kreativitas, konsekuensi (sebab akibat), kebanggaan yang positif pada diri sendiri (atas dasar kemampuan diri yang riil – bukan numpang kekuatan dan kejayaan orang tua), ketekunan, persistensi, konsentrasi, koordinasi (baik koordinasi tangan, pikiran dan perasaan – dengan koordinasi dengan pihak lain) serta satu hal yang nilainya tidak kalah tinggi, yakni: membentuk tangga identitas diri. Setiap aktivitas, merupakan sebuah ekspresi diri sekaligus konfirmasi akan kemampuan dirinya. Kalau anak merasa “mampu” dan berhasil mengatasi tantangan yang satu, maka dalam dirinya tertanam rasa percaya diri untuk melakukan eksplorasi demi eksplorasi ke bidang-bidang lainnya.

3. Liburan empatik & sosial
Ada lagi jenis kegiatan yang relatif murah untuk mengisi liburan anak dengan nilai yang tinggi. Kita bisa membawa anak-anak, pergi ke panti asuhan untuk melihat teman-teman mereka yang hidup di panti asuhan. Dengan begitu, anak-anak akan melihat bahwa di dalam hidup ini, ada banyak hal yang belum mereka ketahui, bahwa ada banyak anak-anak yang menjalani hidup sangat berbeda dari anak-anak kita – dan ternyata, banyak juga yang meskipun hidup susah, tapi tetap bahagia, tahu bersyukur, tidak cerewet, tidak mengeluh dan bahkan punya semangat belajar dan semangat juang yang tinggi.
Selain ke panti asuhan, kita juga bisa ajak anak-anak ke panti jompo. Di sana, kita bisa membuka pengertian anak dan menanamkan nilai moral, bahwa setiap orang akan menjadi tua, dan meskipun tua, mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang, terutama setelah apa yang mereka berikan pada anak-anak selama ini. Kesempatan ini, dapat bermanfaat untuk menanamkan kebijaksanaan pada anak, akan pentingnya “orangtua” untuk anak-anaknya. Sebenarnya, dengan mengajak anak kita ke dua tempat: panti asuhan dan panti jompo, kita sekaligus menyampaikan sebuah fakta : bahwa setiap orang di dalam hidup ini saling membutuhkan dan saling memberikan. Tiadanya perhatian dan cinta, dapat membuat hidup menjadi sulit dan tidak bahagia; tapi, perhatian hanya dalam bentuk hadiah, barang, dan bentuk-bentuk materi lainnya – ternyata tidak dapat membuat orang benar-benar bahagia.

4. Liburan petualangan
Liburan petualangan, biasanya diasosiasikan dengan biaya yang mahal dan perjalanan yang jauh. Sebenarnya tidak harus demikian, karena di setiap tempat, disetiap kota, pasti punya sisi terpencil yang amat menarik untuk dijadikan ajang petualangan. Coba jika Anda ingat ketika masih kecil dahulu, bukankah mengejar layangan putus sambil menelusuri sungai kecil – sudah menjadi pengalaman yang luar biasa? Mungkin, saat ini sungai kecil itu sudah tidak ada lagi – tidaklah masalah. Kita bisa mengajak anak-anak, pergi berjalan-jalan ke perkebunan teh, ke kebun raya, ke kebun binatang, ke gua, ke sawah, ke pemancingan (di daerah cibinong, ada sebuah pemancingan besar untuk umum, sekaligus tempat camping dan planting), ke gunung, ke mata air panas, ke air terjun atau ke peternakan (di daerah lingkar jakarta selatan, ada semacam istal kuda yang terbuka untuk umum).
Sebenarnya, semua tempat itu accessible dan possible, selama kita para orang tua, willing to go out of the box, get out from the bed and comfort zone, dan doing extra effort to have advanture. Kendalanya, sesungguhnya lebih terletak pada diri kita sebagai orang tua. Kita memang sering terbentur waktu, dan kesempatan – tapi, kalau kita ingin jujur, sesungguhnya yang menghambat seringkali, adalah diri kita yang sepertinya “sudah terlalu lelah untuk melakukan apapun kecuali tidur atau sekedar jalan-jalan ke mall”. Padahal, kalau kita mau mencoba keluar dari lingkaran kehidupan dan kegiatan yang membuat energi kita terperangkap di dalam lingkaran itu, maka kita para orang tua yang sudah pada kelelahan, kita bisa men-charge kembali battery energy yang sudah low. Asalkan, selama bepergian, kita tidak membawa serta semua idealisme dan konsep-konsep “berlibur yang ideal, anak yang baik, orang tua yang sempurna, dsb” yang hanya akan membebani mental kita sendiri. Biarkan semua orang bisa mengekspresikan minat, emosi dan ide-idenya – justru karena ada media yang tepat untuk menyalurkannya.
O ya, suasana petualangan, tidak harus artinya kita pergi jauh dari rumah. Jika kita, atau salah satu famili memiliki rumah dengan halaman yang cukup luas, maka kita bisa mendirikan tenda di halaman itu, dan membiarkan anak-anak “camping” di tenda. Tentu moment ini menjadi moment yang mengasikkan, apalagi jika anak-anak kita bergabung dengan para sepupunya.

5. Liburan super-aktif
Mengingat anak-anak adalah pribadi yang paling aktif, maka kita pun bisa mengarahkan dan menyalurkan energinya, pada kegiatan yang mengasikan. Jikalau pergi ke pantai untuk berenang dan main pasir atau mengumpulkan kerang – terlalu sulit untuk dilakukan, atau terlalu jauh untuk dijalani, maka kita bisa mengajak anak-anak pergi ke lapangan bola terdekat, untuk “bertanding sepak bola”, atau pergi ke kolam renang terdekat, untuk adu renang; atau, membantu ayah men-cat tembok rumah, mencuci mobil, menjadi “asisten” ketika ayah membetulkan mobil atau motor, bersepeda di dalam kompleks, atau, bermain layangan! Coba kita ingat-ingat, betapa menyenangkannya “hanya” dengan main layang-layang atau main sepeda. Problemnya bagi kita para orang tua : maukah kita meluangkan waktu untuk anak kita? Maukah kita mengatasi dan mengalahkan ke-engganan diri (mungkin kita lebih senang nonton TV dan sinetron di rumah ketimbang panas-panasan di bawah terik matahari, atau berkutat pada komputer di ruang kerja karena pikiran tidak bisa lepas dari pekerjaan) ?
Nah, dari semua alternatif di atas, tampaknya tidak terlalu sulit untuk direalisasikan. Namun, apapun kegiatan yang akan dihadapi dan dijalani, kendalanya biasanya ada di kita, para orang tua : maukah kita keluar dari comfort zone – mengusahakan dan melakukan sesuatu “diluar kebiasaan”. Selain itu, ada pula tantangan untuk kita para orang tua, yang datangnya justru dari anak-anak kita sendiri. Seringkali, pola hidup dan kebiasaan “keluarga” selama ini, yang di dominasi oleh kegiatan shopping ke mall, nonton TV, main computer game, atau chatting on line, membuat anak-anak enggan untuk pergi ke tempat-tempat di luar shopping mall atau pun untuk melakukan kegiatan yang sifatnya produktif. Mereka cenderung lebih senang nonton TV, main computer game, atau kalau mau liburan – ya benar-benar harus pergi ke suatu tempat yang jauh, misalnya ke Bali atau ke tempat lain yang mewah. Sebab – tidak selalu finansial keluarga, men-support keinginan anak – bahkan keinginan kita sendiri untuk menikmati “liburan” yang menyenangkan. Tanpa harus mengeluarkan dana yang besar, kita selayaknya dapat mencari dan menemukan kebahagiaan dari kegiatan yang sederhana, namun tidak kalah nilainya. Bagaimana pun juga, kebahagiaan itu tidak diukur dari besar kecilnya uang yang kita miliki, bukan ?

Di sadur dari : Jacinta F.Rini

Senin, 17 November 2008

Mimpi Basah tanda Kedewasaan Biologis

ISTILAH "mimpi basah" sudah pasti banyak dikenal banyak orang. Hal tersebut menandakan kematangan tubuh kita. Akan tetapi, apa sih sebetulnya "mimpi basah" itu ?

MIMPI basah umunya terjadi pada cowok berusia antara 9-14 tahun. Pada umumnya terjadi berkisar setiap 2-3 minggu sekali. Mimpi basah ini merupakan fenomena alami yaitu berupa pengeluaran cairan sperma. Sperma tersebut diproduksi oleh testis (biasa disebut juga buah pelir yang berjumlah dua) yang merupakan salah satu organ reproduksi cowok. Ketika alat reproduksi ini mulai berfungsi maka testisnya mulai berproduksi, dan hampir setiap hari testis ini memproduksi sperma.

Kita akan bahas dulu apa aja sih alat reproduksi cowok itu. Alat reproduksi cowok terdiri antara lain: Penis (yang berfungsi untuk menyalurkan sperma clan air mani), Glans (bagian depan atau kepala penis), Foreskin/Preputium (kulit yang menutupi bagian glans). Sunat itu memotong kulit (preputium), kanclung kencing (tempat penampungan sementara air yang berasal ginjal atau air seni), Uretra luran kencing), Kelenjar (kelenjar yang menghasil iran yang berisi zat mak untuk menghidupi sperms. iran ini yang bertanggung aktif tidaknya gerakan s Vesikula Seminalis (sebaga nampung sperma matang), Deferens (saluran sperma testis menuju vesikula se lis), Epidydimis (saluran yang berkelok-kelok yang memo tuk bangunan seperti topi, sperma yang dihasilkan testis akan berkumpul disini), Scrotum adalah kantung Wit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis, Testis (disebut juga pelir berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron), Tulang kemaluan, Rambut kemaluan, Rectum (terletak diatas anus) clan Anus (tempat pengeluaran kotoran).

Mekanisme alami
Istilah mimpi basah yang sering kita pakai untuk menggambarkan pengalaman para cowok setiap kali mereka bermimpi yang diikuti dengan basahnya daerah kelamin mereka. Yang dikeluarkan pada waktu mimpi basah itu adalah air mani, bukan sperma. Air mani merupakan campuran antara sperma dengan semen.
Sperma adalah sel kelamin cowok. Bila sperma bertemu dengan sel kelamin cewek (biasa disebut sel telur), maka is bisa berkembang jade bayi. Pertemuan ini disebut pembuahan, biasanya terjadi lewat hubungan intim antara cowok clan cewek. Sperma ini kecil banget uk-urannya sehingga hanya bisa dilihat dengan miskroskop.
Sedangkan semen adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar reproduksi, berfungsi untuk melengkapi sperma dalam proses reproduksi.
Sperma baru mulai muncul dalam kehidupan cowok saat ia menginjak masa pubernya, biasanya sekitar usia 9-14 tahun. Saat itu otak mulai mengaktifkan fungsi seksual cowok. Organ-organ reproduksi cowok mulai aktif. Salah satunya, si testis, ia bertugas memproduksi sel sperma sebanyak kira-kira sejuta sampai tiga juta tiap harinya.
Nah, sperma akan tinggal di epidydimis (bagian dalam testis) untuk proses pematangan sampai saatnya bakal dikeluarkan oleh pemiliknya. Sperma matang umumnya setelah berumur sekitar 60 hari. Kualitas sperma sangat mudah dipengaruhi oleh suhu, maka scrotum (kantung testis yang berwarna gelap dan berlipat-lipat seperti Wit buah salak adalah tempat bergantungnya testis) selalu menjaga suhu daerah kelamin selalu tepat ... hebat bukan ?. Scrotum mengandung otot-otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap. Bila suhu sedang panas, maka scrotum akan merenggang, sebaliknya bila sedang dingin maka scrotum akan mendekatkan diri ke Tubuh.
Bila cowok terangsang secara seksual maka organ-organ reproduksi ini siap beraksi. Awalnya, penis akan membesar dan menegang yang biasa disebut ereksi. Sementara itu, sperma mulai dibawa melalui kantung semen dan kelenjar prostat, untuk mendapatkan semen yang berisi zat- zat tambahan yang akan membantu sperma. Ketika semua sudah siap maka keluarlah rombongan air mani dari saluran uretra dalam penis. Peristiwa ini disebut ejakulasi. Setelah ejakulasi penis akan kembali ke ukuran semula.
Ereksi (ketegangan penis) adalah aksi refleks yang dimulai ketika otak menafsirkan "gejolak birahi" berupa rangsangan fisik atau rangsangan mental, termasuk ingatan fantasi dan masukan dari berbagai organ perasa seks. Kemudian otak mengirimkan pesan melalui sumsum tulang punggung (belakang). Selanjutnya ada perintah dari otak untuk menghambat kemampuan pembuluh darah mengeluarkan darah dari penis sehingga penis tetap dipenuhi darah. Tekanan darah ekstra pada dinding penis sebelah dalam itu yang kemudian menyebabkan terjadinya ereksi. Tubuh dapat menggagalkan proses ini setiap saat jika orang yang bersangkutan terlalu gelisah, marah, takut, letih atau sedih.
Ereksi ini kadang-kadang terjadi tanpa ada rangsangan seksual. Jadi, tahu-tahu saja penis sudah menegang. Ereksijuga bisa terjadi ketika seseorang tidur. Pada cowok yang sehat biasanya mengalami ereksi sekitar sembilan puluh menit sekali selama tidur di malam hari. Ereksi yang terakhir biasanya terjadi menjelang subuh setiap hari.
Kadang-kadang ereksi yang terjadi dibarengi dorongan untuk buang air kecil sehingga ketika bangun dia akan bergegas ke kamar mandi dengan penis yang menegang. Setelah hajat kecil ditunaikan, rangsangan sewaktu tidur akan menghilang dan ereksinya pun lenyap.
Mimpi basah merupakan mekanisme alami untuk menguras timbunan sperma dari dalam tubuh. Jika tidak dikeluarkan melalui mimpi, maka akan terjadi penyerapan kembali sperma oleh tubuh.
Umumnya mimpi basah ini di alami oleh cowok setelah mereka bermimpi mengenai hal-hal yang erotis. Namun banyak juga yang mengaku tidak pakai mimpi seperti itu, tahu-tahu keesokan harinya sudah basah. Jadi, wahai para cowok tidak perlu merasa takut atau malu mengalami mimpi basah. Sebaliknya kalian harus merasa bersyukur karena itu salah satu tanda akil baliq dan tanda bahwa organ reproduksi kita sudah mulai berfungsi.

Berarti , kita manusia normal.

Nah para orangtua .... bila anak anda sudah mengalami hal tersebut jangan dipermalukan. Beri pengertian bahwa itu proses alam yang bakal di alami oleh setiap cowok ...... dan mekanisme canggih tiada tanding yang diciptakan oleh Allah swt.

Semoga bermanfaat.

Nikah Muda Dalam Pandangan Fiqih

Isu nikah muda sering menjadi polemik dan kontroversi dalam masyarakat. Bagaimana hukum Islam memandang kasus seperti ini?

Oleh: Amiruddin Thamrin *

Diantara keistimewaan ajaran agama Islam adalah fleksibel, universal, rasional, sesuai dengan tempat dan zaman serta mudah diterima oleh khalayak, baik yang berkaitan dengan masalah ibadat, akhlak, muamalat, maupun yang berkaitan dengan hukum (aturan) pernikahan .

Isu nikah muda sering menjadi polemik dan kontroversi dalam masyarakat dikarenakan masih adanya asumsi bahwa hal tersebut dianjurkan oleh agama, didorong serta dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhamad SAW. Tepatkan asumsi tersebut? tulisan singkat ini dimaksudkan tak lain sekedar memberikan kontribusi tentang isu nikah muda (nikah dibawah umur) dalam pandangan agama, dalam kaitan ini fiqih Islam. Harapan semoga ajaran agama Islam ini yang sudah sangat indah, mudah, memiliki norma-norma kemanusiaan dan terhormat ini tidak diselewengkan dan diterapkan hanya untuk kepentingan pribadi tanpa mengindahkan norma-norma kemanusiaan serta etika-etika umum masyarakat lainnya.

Usia Pernikahan

Istilah dan batasan nikah muda (nikah dibawah umur) dalam kalangan pakar hukum Islam sebenarnya masih simpang siur yang pada akhirnya menghasilkan pendapat yang berbeda. Maksud nikah muda menurut pendapat mayoritas yaitu orang yang belum mencapai baligh bagi pria dan belum mencapai menstruasi (haidh) bagi wanita.

Syariat Islam tidak mengatur atau memberikan batasan usia tertentu untuk melaksanakan suatu pernikahan. Namun secara implisit syariat menghendaki pihak orang yang hendak melakukan pernikahan adalah benar-benar orang yang sudah siap mental, pisik dan psikis, dewasa. Dan paham akan arti sebuah pernikahan yang merupakan bagian dari ibadah, persis seperti harus pahamnya apa itu shalat bagi orang yang melakukan ibadah shalat, haji bagi yang berhaji, transaksi dagang bagi pebisnis. Karenanya, tidak ditetapkannya usia tertentu dalam masalah usia sebenarnya memberikan kebebasan bagi umat untuk menyesuaikan masalah tersebut tergantung situasi, kepentingan, kondisi pribadi keluarga dan atau kebiasaan masyarakat setempat, yang jelas kematangan jasmani dan rohani kedua belah pihak menjadi prioritas dalam agama.

Kafa’ah

Dalam fiqih islam ada yang disebut kafa’ah (baca kesetaraan). Kafa’ah di sini bukan berarti agama Islam mengakui adanya perbedaan (kasta) dalam masyarakat. Kafa’ah bukan pula suatu keharusan dan sama sekali bukan menjadi syarat dalam akad ikatan pernikahan, namun pertimbangan kafa’ah hanya sekedar sebagai anjuran dan dorongan agar pernikahan berjalan dengan keserasian dan saling pengertian antara kedua belah pihak dus demi langgengnya bahtera rumah tangga.

Diantaranya adalah kesetaraan dalam hal ketakwaan, sebaiknya orang yang sangat takwa dan sangat rajin menjalankan ibadah agama, tidak dianjurkan bahkan tidak dibolehkan untuk dinikahkan dengan seorang yang rusak agamanya (sama sekali tidak memikirkan agama). Juga seorang wanita intelektual (cendikiawati) tidak dianjurkan dan tidak cocok nikah dengan suami yang bodoh. Juga masalah umur tidaklah setara (imbang) antara laki-laki yang berumur 50 tahun dengan gadis berusia 13 tahun (apalagi lebih muda dari umur itu). Ketidak setaraan seperti ini serta perbedaan yang mencolok antara kedua belah pihak tidak dukung oleh syariat karena dikhawatirkan akan kuatnya timbul benturan-benturan antara kedua belah pihak dikarenakan perbedaan yang sangat mencolok tersebut . Sedangkan kesetaraan dan persamaan dalam masalah keturunan, ras, kaya-miskin tidaklah menjadi masalah dalam agama Islam, karena Islam tidak memandang keturunan, suku bangsa serta miskin dan kaya. Miskin bukan merupakan cela (keaiban) dalam pandangan agama, yang cela hanyalah kekayaan yang didapat dari usaha ilegal dan kemiskinan akibat kemalasan.

Rasul SAW dengan Sayidah Aisyah RA

Ada yang berdalih bahwa nikah muda merupakan tuntunan Nabi SAW yang patut ditiru. Pendapat ini sama sekali tidak benar karena Nabi SAW tidak permah mendorong dan menganjurkna untuk melakukan pernikahan di bawah umur. Akad pernikahan antara Rasul SAW dengan Sayidah Aisyah RA yang kala itu baru berusia sekitar 10 tahun tidak bisa dijadikan sandaran dan dasar pegangan usia pernikahan dengan alas an sbb:

Pertama: pernikahan tersebut merupakan perintah dari Allah SAW sebagaimana sabda Rasul SAW, ”Saya diperlihatkan wajahmu (Sayidah Aisyah) dalam mimpi sebanyak dua kali, Malaikat membawamu dengan kain sutera nan indah dan mengatakan bahwa ini adalah istrimu”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua; Rasul SAW sendiri sebenarnya tidak berniat untuk berumah tangga kalaulah bukan karena desakan para sahabat lain yang diwakili oleh Sayidah Khawlah binti Hakim yang masih merupakan kerabat Rasul SAW, di mana mereka melihat betapa Rasul SAW setelah wafatnya Sayidah Khadijah RA istri tercintanya sangat membutuhkan pendamping dalam mengemban dakwah Islam.

Ketiga; Pernikahan Rasul SAW dengan Sayidah Aisyah mempunyai hikmah penting dalam dakwah dan pengembangan ajaran Islam dan hukum-hukunya dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang berkaitan dengan masalah kewanitaan yang banyak para kaum perempuan bertanya kepada Nabi SAW melalui Sayidah Aisyah RA. Dikarenakan kecakapan dan kecerdasan Sayidah Aisyah RA sehingga beliau menjadi gudang dan sumber ilmu pengetahuan sepanjang zaman;

Keempat; Masyarakat Islam (Hijaz) saat itu sudah terbiasa dengan masalah nikah muda dan sudah biasa menerima hal tersebut. Walaupun terdapat nikah muda namun secara pisik maupun psikis telah siap sehingga tidak timbul adanya asumsi buruk dan negatif dalam masyarakat. Kita tidak memperpanjang masalah pernikahan ideal dan indah antara Rasul SAW dengan Sayidah Aisyah, jadikanlah itu sebagai suatu pengecualian (kekhususan) yang mempunyai hikmah penting dalam sejarah agama.

Agama Islam dalam prinsipnya tidak melarang secara terang-terangan tentang pernikahan muda usia, namun Islam juga tak pernah mendorong atau mendukung pernikahan usia muda (di bawah umur) tersebut, apa lagi dilaksanakan dengan tidak sama sekali mengindahkan dimensi-dimensi mental, hak-hak anak, psikis dan pisik terutama pihak wanitanya, dan juga kebiasaan dalam masyarakat, dengan dalih bahwa toh agama Islam sendiri tidak melarang. Agama sebaiknya tidak dipandang dengan kasatmata, namun lebih jauh lagi agama menekankan maksud dan inti dari setiap ajarannya dan tuntunannya. Dalam masalah pernikahan ini, Islam mendorong hal-hal agar lebih menjamin kepada suksesnya sebuah pernikahan. Yang diminta adalah kematangan kedua belah dalam menempuh kehidupan berkeluarga sehingga adanya saling take and give, berbagi rasa, saling curhat dan menasehati antara kedua belah pihak suami istri dalam mangarungi bahtera rumah tangga dan meningkatkan ketakwaan.

Usia Pernikahan

Bab II pasal 7 ayat satu menyebutkan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Juga tentang Usia Pernikahan Dalam Bab IV Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15 menyebutkan bahwa demi untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga pernikahan hanya beleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No. 1 tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.

Dalam undang-undang pernikahan di sejumlah negara Arab hampir sama dengan undang-undang Indonesia. Suriah, umpamanya menjelaskan batas usia pernikahan untuk pria adalah jika telah mencapai 18 tahun dan untuk wanitanya jika sudah berusia 16 tahun (Undang-undang Pernikahan Suriah, pasal 16).

Menurut hemat penulis apa yang telah dibuat oleh undang-udang hendaknya mendapat dukungan dari semua pihak khususnya para da’i serta hendaknya dapat menjadi contoh baik dengan mengedepankan hal-hal yang telah menjadi standar dalam syariat dan bukan mencari hal-hal kontroversi yang menjadikan orang-orang menjadi bertanya-tanya bahkan yang lebih parah lagi meragukan kebenaran syariat, papatah (kata mutiara) Arab mengatakan “Semoga kerahmatan senantiasa tercurahkan bagi orang berusaha menghidarkan dirinya dari hal-hal yang menjadi cemoohan (omongan negatif) dalam masyarakat.”

Penulis sama sekali tidak mengklaim batalnya atau tidak sahnya pernikahan usia muda, penulis hanya menekankankan bahwa agama Islam tidak mendorong hal tersebut dengan berbagai alasan yang telah dikemukakan di atas!.

Penulis tinggal di Damaskus, Suriah

Nikah Muda, Memperpanjang Usia Anak

Apakah Anda mempunyai peluang hidup lebih dari 100 tahun? Tanyakan kepada ibu, berapa usianya saat mengandung Anda.
Menurut riset yang pernah dilakukan oleh para peneliti di Amerika, usia ibu saat melahirkan ikut mempengaruhi sejauh mana peluang panjang atau pendek umur anaknya kelak. Tim peneliti dari Universitas Chicago, AS, menemukan, orang yang dilahirkan saat ibunya berusia kurang dari 25 tahun cenderung berusia hingga 100 tahun atau lebih. Peluangnya dua kali lipat dibandingkan orang-orang yang dilahirkan saat ibunya berusia diatas 25 tahun. Studi ini dilakukan terhadap 198 orang AS yang mempunyai usia lebih dari 100 tahun. Mereka ternyata lahir antara tahun 1890-1893. Orang yang panjang usianya lebih dari 100 tahun itu pada umumnya merupakan anak pertama. Setelah dilakukan analisa lebih mendalam, para peneliti di AS menyimpulkan bahwa kecenderungan tersebut ternyata erat kaitannya dengan kenyataan bahwa anak-anak pertama yang dilahirkan pada saat ibunya baru berusia 20 tahunan. Temuan ini dipresentasikan pada pertemuan masyarakat gerontologi (Ilmu Usia Lanjut) AS, Minggu (19/11). Sebelumnya hasil penelitian yang didanai National Institute on Aging and the Society of Actuaries ini telah dipaparkan pada pertemuan Asosiasi Populasi AS, April 2006. Data Biro Sensus AS menunjukkan jumlah orang yang berusia diatas 100 tahun disana meningkat dari 37 ribu menjadi 55 ribu dari tahun 1990 ke 2000. Nas asal anda tahu bahwa dari data tersebut, ternyata wanita mempunyai peluang tiga sampai lima kali lebih besar untuk mencapai usia 100 tahun dibandingkan dengan pria.

Tetapi .....

Walahualam ...... Allah yang menentukan umur manusia......

Semoga bermanfaat.