GrowUrl.com - growing your website

Kamis, 07 Agustus 2008

JEFRI AL-BUCHORI: ANAKKU BOLEH SAJA JADI ARTIS

Bagi penceramah tetap Spirit KDI ini, iman merupakan kunci kesuksesan seseorang dalam mengarungi kehidupan. Sekaligus benteng dari pengaruh buruk lingkungan.

PENGALAMAN ADALAH GURU TERBAIK

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah itu dicamkan betul oleh Jefri Al-Buchori (32). Menurutnya, semua pengalaman hidup, baik pengalaman positif maupun yang tak mengenakkan, dapat diambil hikmahnya untuk dijadikan sebagai acuan hidup. Lewat pengalaman buruk, kita dapat mencari jalan agar pengalaman serupa bisa dihindari di kemudian hari. Sementara pengalaman baik akan sangat membantu kita mengasah kualitas diri.

Jefri tak memungkiri jika jalan hidupnya selama ini tidaklah lurus. Sebagai mantan model dan penari, dia sempat mengecap kehidupan malam yang membuatnya terlena masuk ke lembah hitam, termasuk mengonsumsi obat-obat terlarang. Toh, dengan tekad bulat untuk memperbaiki diri, Jefri mampu kembali ke jalan yang benar. "Sungguh, saya sudah tidak tahan menjadi sampah dalam masyarakat. Yang namanya sampah, disimpan di mana pun, di tempat semewah apa pun, kan namanya tetap sampah. Namanya juga sampah, semua orang pasti ingin menjauhinya atau bahkan membuangnya."

Berdasarkan pengalaman itulah, pria kelahiran Jakarta 12 April 1973 ini berusaha keras mendidik anaknya agar kelak tidak menjadi sampah masyarakat. "Caranya sederhana saja kok. Salah satunya adalah dengan mengenalkan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan mana yang buruk kepada kedua anaknya, Adiba Khanza Az-Zahra (5) dan Mohammad Abidzar Al-Ghifari (3). Kebaikan, tukas Jefri, umumnya akan membuat orang lain senang. Contohnya, saat si sulung memiliki dua potong kue. Tentu teman atau adiknya akan sangat senang kalau mereka dibagi. Hal yang sama juga berlaku pada mainan. "Makanya, saya langsung memuji jika mereka mau berbagi."

Sebaliknya, keburukan biasanya membuat orang lain kesal. "Bayangkan saja kalau mainan si kakak tiba-tiba direbut atau si adik tiba-tiba memukul kakaknya tanpa alasan. Tanpa pandang bulu saya biasanya langsung menegur jika mereka berbuat agresif. Baik si kakak maupun si adik tetap perlu ditegur."

Selain itu, ustadz yang turut bermain dalam tayangan Kuasa Ilahi dan Adzab Ilahi, juga menekankan pentingnya demokrasi dalam mendidik anak. Menurutnya, kehati-hatian yang berlebihan justru akan membuat kemampuan anak tidak berkembang. "Ya gimana mau berkembang? Mau ini dilarang, mau itu pasti diomeli. Akibatnya, anak serba takut untuk mencoba sesuatu. Lalu kalau sudah begitu, kreativitas mereka tidak bisa lagi diandalkan."

Meski begitu, sikap kelewat bebas juga sama salahnya karena hanya akan membuat anak cenderung binal. Pasalnya, si anak merasa bebas untuk melakukan apa saja tanpa ada rambu-rambu yang memayunginya. Yang terbaik, tegas Jefri, adalah sikap demokratis. Konkretnya, "Selama hal yang dilakukan anak memberi manfaat, ya buat apa dilarang-larang? Kecuali kalau tindakan Adiba dan Abidzar sudah membahayakan atau merugikan dirinya atau orang lain."

Sumber : tabloid-nakita.com

Tidak ada komentar: